Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Potensi Daerah dan Tantangan bagi Penyelenggara Jasa Internet


Internet merupakan salah satu media komunikasi yang    belum lama masuk di  Indonesia. Perkembangan Internet sendiri    sebagai media komunikasi dimulai pada pertengahan 1990 dan populer di akhir tahun 1990. Di awal perkembangannya,   kehadiran   jaringan Internet dirintis oleh kelompok akademis atau mahasiswa dan ilmuwan yang memiliki ketertarikan dalam kegiat  an seputar teknologi komputer dan radio. Para akademis dan   ilmuwan tersebut melakukan berbagai percobaan dan   penelitian di   universitas dan lembaga pemerintah yang berhubungan    dengan teknologi telekomunikasi, khususnya komputer serta jaringannya. Sehingga pada awalnya    Internet hadir sebagai    bagian dari proses pendidik  an yang berfungsi dalam   memudahkan   pertukaran data dan   informasi.
 
Dalam 10 tahun terakhir ini, Internet di Indonesia berkembang sangat pesat, yang ditandai oleh perkembangan pada    aspek teknologi, BWA (broadband wireless   access), kecepatan akses yang telah mengarah pada generasi keempat, jumlah penggunanya yang bertumbuh pesat setiap tahun, produsen gadget (termasuk affordable gadget) yang semakin banyak, dan tingginya permintaan produk  gadget di pasar. Iklim kompetisi penyelenggara jasa Internet atau Internet service provider (ISP) dirasakan sangat ketat, terdaftar sekitar 220 ISP  yang ada di seluruh wilayah di Indonesia

Tantangan yang dihadapi oleh industri penyelenggara jasa Internet adalah persaingan antar penyelenggara, baik sejenis maupun antar media akses, sehingga harga harus ditekan semurah mungkin, dan di sisi lain terpaksa menekan margin keuntungan. Belum lagi kondisi churning rate yang cukup tinggi dari para pengguna Internet untuk berpindah-pindah jenis layanan. Maka tantangan bagi penyelenggara jasa Internet adalah diferensiasi dan adanya additional value kepada konsumen, seperti penyediaan konten tertentu tambahan, hiburan, dan sebagainya. Penyelenggara jasa Internet juga bisa menyasar pada usaha penyedia komunikasi untuk di tempat-tempat hunian publik seperti hotel atau apartement yang lebih menguntungkan (hasil wawancara dengan Onno W. Purbo). Selain itu trend masa depan untuk melakukan pekerjaan secara remote office atau bekerja secara flexy time dengan tidak harus berada di tempat kerja bisa juga dilihat sebagai peluang. 

 
Kemungkinan Bekerja Jarak JauhAlternatif  bekerja dari jarak jauh atau remote office sudah menjadi isu kian marak dibahas di kota-kota besar seperti Jakarta. Tingginya tingkat konsumsi waktu di jalan akibat kemacetan lalu lintas perkotaan, ditambah konsumsi bahan bakar yang meningkat seiring kampanye untuk tidak menggunakan BBM bersubsidi membuat banyak kaum pekerja mulai menoleh pada alternatif bekerja jarak jauh atau menerapkan cara bekerja flexy time yang prakteknya kadang tidak berbeda jauh dengan konsep remote office.  
Meski lebih banyak berada di kantor,sekolah, atau kampus, lebih dari separuh (65,7%) responden menyata  kan, bekerja jarak jauh mungkin saja diaplikasikan. Namun Adrian Suherman, pakar teknologi informasi, menyatakan bahwa bekerja jarak jauh ini hanya bisa dilakukan pada jenis pekerjaan dan level-level tertentu saja. Karena ada kekhawatiran mengenai kualitas dan produktivitas dari karyawan jika bekerja dari jarak jauh menjadi kurang terkontrol.

Lokasi Aktivitas Pengguna InternetPengguna Internet dalam survei ini lebih banyak menghabiskan waktu di lokasi pekerjaannya seperti kantor, sekolah, atau kampus daripada berada di luar.