Mengais Asa Di Alue Naga
Gampong Alue Naga yaitu sebuah desa yang berada di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Desa ini mempunyai luas ± 291,46 hektar. Gampong Alue Naga termasuk kawasan pesisir yang juga ikut dihempas oleh gelombang tsunami pada tahun 2004 silam. Aleu naga termasuk kawasan yang terparah ketika gelombang tsunami meratakan daratan Aceh kala itu. Seiring waktu berjalan, pembangunan dan struktur alam yang dulu pernah kandas kini kembali tersusun rapi. Tidak hanya penduduk yang usang sudah kembali tetapi para perantau juga ikut menaungi desa tersebut.
Kondisi ekonomi para penduduk Gampong Alue Naga sangat tergantung pada kondisi alam alasannya yaitu secara umum dikuasai mereka mempunyai profesi sebagai nelayan. Jika kondisi alam ibarat kini ini sering terjadi hujan dan topan mungkin akan menurunkan pendapatan mereka untuk terus menghidupi anggota keluarga. Belum lagi semua kebutuhan rumah tangga kini sangatlah mahal, sungguh hal ini semakin menciptakan para nelayan semakin mencekik.
Para nelayan Gampong Alue Naga bukanlah nelayan besar, mereka termasuk orang-orang yang tidak berada yang sering mengais impian dari lautan yang kuasa yang terhampar luas. Sekoci lapuk menemani para nelayan untuk menjaring dan memancing ikan. Bahkan pernah para nelayan kehilangan nyawanya demi sesuap nasi untuk keluarga. Ketika mereka berlayar, mereka bertarung melawan arus dan gelombang dengan terjangan ganas yang tak mengenal teman atau lawan. Arus lautan antara Pulau Sabang dan daratan Alue Naga memang tergolong ganas. Tapi apalah daya, takdir menghendaki mereka untuk berjuang bersama sekoci lapuk mereka.
Asa mengajarkan mereka untuk terus berjuang. Semuanya yaitu semata-mata atas kecintaan suci mereka untuk tetap memperlihatkan sesuap nasi untuk anak dan istri tercinta. Mungkin air mata juga akan mengiri langkah kaki mereka, tapi ketahuilah ketika mereka mendengar sebutan ‘ayah’ atau ‘ibu’ seakan memperlihatkan semangat usaha untuk para nelayan Gampong Alue Naga.
Tidak jarang ketika aku melintasi Gampong Alue Naga, terlihat para emak-emak yang berenang mengais asa di dalam sungai Alue Naga. Mereka yaitu para pencari kerang untuk dikumpulkan dan menoreh hasil dari kerang yang mereka dapatkan. Bukan mutiara, hanya dagingn untuk dijual dengan harga yang tidak mengecewakan murah. Tak terbantah, meskipun begitu murah mengingat mencarinya begitu sulit, para pembeli juga doyan untuk menawar harganya.
Kawan, begitulah usaha orang tua. Tak pernah mengenal lelah dan derita. Mereka hanya memikirkan bagaimana untuk terus mengukir senyuman di setiap bibir bagus anak-anaknya. Mereka rela bercucuran peluh demi sesuap nasi yang akan diberikannya kepada anak-anaknya. Hitam kelam kulitnya, kerutan pipinya yang semakin menua, memperlihatkan bukti bahwa merekalah para hero anda. Mereka tidak pernah meminta imbalan, tak pernah meminta bayaran, yang mereka inginkan yaitu jadilah anak yang Ta’at kepada Tuhan, berbakti kepada orang bau tanah dan setia kepada nusa dan bangsa.
Kawan, kalian nanti juga akan mencicipi ibarat yang mereka perjuangkan kepada anda. Kini anda menjadi anak kelak suatu ketika anda akan menjadi orang tua. Kelak anda akan mengenang betapa kerasnya usaha ayah dan ibu untuk segala yang mereka berikan.
Inilah asa para hero di Gampong Alue Naga.
Kondisi ekonomi para penduduk Gampong Alue Naga sangat tergantung pada kondisi alam alasannya yaitu secara umum dikuasai mereka mempunyai profesi sebagai nelayan. Jika kondisi alam ibarat kini ini sering terjadi hujan dan topan mungkin akan menurunkan pendapatan mereka untuk terus menghidupi anggota keluarga. Belum lagi semua kebutuhan rumah tangga kini sangatlah mahal, sungguh hal ini semakin menciptakan para nelayan semakin mencekik.
Para nelayan Gampong Alue Naga bukanlah nelayan besar, mereka termasuk orang-orang yang tidak berada yang sering mengais impian dari lautan yang kuasa yang terhampar luas. Sekoci lapuk menemani para nelayan untuk menjaring dan memancing ikan. Bahkan pernah para nelayan kehilangan nyawanya demi sesuap nasi untuk keluarga. Ketika mereka berlayar, mereka bertarung melawan arus dan gelombang dengan terjangan ganas yang tak mengenal teman atau lawan. Arus lautan antara Pulau Sabang dan daratan Alue Naga memang tergolong ganas. Tapi apalah daya, takdir menghendaki mereka untuk berjuang bersama sekoci lapuk mereka.
Asa mengajarkan mereka untuk terus berjuang. Semuanya yaitu semata-mata atas kecintaan suci mereka untuk tetap memperlihatkan sesuap nasi untuk anak dan istri tercinta. Mungkin air mata juga akan mengiri langkah kaki mereka, tapi ketahuilah ketika mereka mendengar sebutan ‘ayah’ atau ‘ibu’ seakan memperlihatkan semangat usaha untuk para nelayan Gampong Alue Naga.
Emak-emak para pencari kerang pada sore hari di Gampong Alue Naga |
Tidak jarang ketika aku melintasi Gampong Alue Naga, terlihat para emak-emak yang berenang mengais asa di dalam sungai Alue Naga. Mereka yaitu para pencari kerang untuk dikumpulkan dan menoreh hasil dari kerang yang mereka dapatkan. Bukan mutiara, hanya dagingn untuk dijual dengan harga yang tidak mengecewakan murah. Tak terbantah, meskipun begitu murah mengingat mencarinya begitu sulit, para pembeli juga doyan untuk menawar harganya.
Kawan, begitulah usaha orang tua. Tak pernah mengenal lelah dan derita. Mereka hanya memikirkan bagaimana untuk terus mengukir senyuman di setiap bibir bagus anak-anaknya. Mereka rela bercucuran peluh demi sesuap nasi yang akan diberikannya kepada anak-anaknya. Hitam kelam kulitnya, kerutan pipinya yang semakin menua, memperlihatkan bukti bahwa merekalah para hero anda. Mereka tidak pernah meminta imbalan, tak pernah meminta bayaran, yang mereka inginkan yaitu jadilah anak yang Ta’at kepada Tuhan, berbakti kepada orang bau tanah dan setia kepada nusa dan bangsa.
Kawan, kalian nanti juga akan mencicipi ibarat yang mereka perjuangkan kepada anda. Kini anda menjadi anak kelak suatu ketika anda akan menjadi orang tua. Kelak anda akan mengenang betapa kerasnya usaha ayah dan ibu untuk segala yang mereka berikan.
Inilah asa para hero di Gampong Alue Naga.
Sumber https://www.berimanblog.com/